Di pulau ini nasib si viper tombak emas alias Bothrops Insularis, ular dengan kepala berwarna emas apabila terkena sinar matahari. Bahkan racunnya sanggup membunuh manusia tidak lebih dari satu jam. Ribuan ular viper tersebut nasib di pulau dengan luas 43 hektar ini.
“Dulu ada berbagai nelayan yang menonton pisang tumbuh di pulau ini. Mereka berlabuh di pulau untuk mengambilnya. Tapi tidak ada yang sempat kembali,” ucap seorang nelayan Sao Paulo ketika Vice (film documenter) mewawancarainya.
Sebuah mercusuar dibuat di pulau tersebut untuk menerangi perairan di Sao Paulo. Sebelumnya diberitakan ada penjaga yang tinggal di sana bersama keluarganya, tetapi beredar berita apabila mereka terbunuh sebab ular.
Saat ini mercusuar masih berdiri, meskipun tidak ada penjaga di sana. Meriam dijalankan dengan memakai baterai dengan cara otomatis. Angkatan laun yang sedang bertugas bakal mengganti baterai tersebut setiap berbagai bulan sekali. Pasti saja faktor ini menjadi suatu tugas yang tidak lebih membahagiakan nampaknya bagi mereka.
Sebab susahnya persaingan dalam mencari makanan, jumlah ular di pulau tersebut justru semakin bertidak lebih. Tidak hanya itu, disinyalir ada berbagai orang yang dengan sengaja meringkus viper kepala tombak yang langka itu untuk dipasarkan. Bahkan harganya pun dapat mencapai ribuan dollar di pasar gelap.
Seorang peneliti yang bernama Karina Rodrigues dari Butantan Institute memperkirakan jumlah ular viper di pulau tersebut “hanya tersisa” 1.500 hingga 2.000 ekor saja.
Tetapi demikian, masih saja nama Pulau Ular tersebut tidak jarangkali membikin tidak sedikit orang ngeri. Semacamnya hanya penyelundup satwa, ilmuwan maupun angkatan laut saja yang berani menginjakkan kaki di pulau tersebut.
EmoticonEmoticon